se jak kecil, Rowling memang sudah memiliki kegemaran menulis. bahkan di usia 6 tahun, ia
sudah mengarang sebuah cerita berjudul Rabbit. ia juga memiliki kegemaran tanpa malu”
menunjukan karyanya kepada teman” dan orangtuanya. kebiasaan ini terus dipelihara
hingga ia dewasa. daya imajinasi yang tinggi itu pula yang kemudian melambungkan
namanya di dunia.
akan tetapi, dalam kehidupan nyata, Rowling seperti tak henti disera masalah. keadaan yang
miskin, yang bahkan membuat ia masuk dalam kategori pihak yang berhak memperoleh
santunan orang miskin dari pemerintah Inggris, itu masih ia alami ketika Rowling menulis
seri Harry Potter yang pertama. ditambah dengan perceraian yang ia alami, kondisi yang
serba sulit itu justru semakin memacu dirinya untuk segera menulis dan menuntaskan kisah
penyihir cilik bernama Harry Potter yang idenya ia dapat saat sedang berada dalam sebuah
kereta api. tahun 1995, dengan susah payah, karena tak memiliki uang untuk memfotocopy
naskahnya, Rowling terpaksa menyalin naskahnya itu dengan mengetik ulang menggunakan
sebuah mesin ketik manual.
naskah yang akhirnya selesai dengan perjuangan susah payah itu tidak lantas langsung
diterima dan meledak di pasaran. berbagai penolakan dari pihak penerbit harus ia alami
terlebih dahulu. diantaranya, adalah karena semula ia mengirim naskah dengan memakai
nama aslinya, Joanne Rowling. pandangan meremehkan penulis wanita yang masih kuat
membelenggu para penerbit dan kalangan perbukuan menyebabkan ia menyiasati dengan
menyamarkan namanya menjadi JK Rowling. memakai dua huruf konsonan dengan harapan
ia akan sama sukses dengan penulis cerita anak favoritnya CS Lewis.
akhirnya keberhasilan pun tiba. Harry Potter luar biasa meledak dipasaran. semua itu tentu
saja adalah hasil dari sikap pantang menyerah dan kerja keras yang luar biasa. tak ada
kesukdedan yang dibayar dengan harga murah
Minggu, 22 April 2012
JOANNE KATHLEEN ROWLING
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar