Kamis, 05 Juli 2012

Fenomena Rumah Terapung Mewah di AS

Fenomena Rumah Terapung Mewah di AS

Salah satu rumah terapung mewah di Seattle (foto:
arestdesign.com)
enlarge this image
SEATTLE - Inovasi di dunia properti terus berkembang.
Selain membangun hunian secara horisontal dan vertikal,
kini hunian juga dibangun di atas air alias rumah terapung.
Fenomena tinggal di rumah terapung terjadi di Amerika
Serikat (AS).
"Ini adalah gaya hidup yang indah. Anda memiliki
keindahan dari air. Sangat menenangkan," kata arsitek
Robert Oshatz, perancang dari rumah terapung baru di
Portland, Oregon.
Menurut Oshatz, rumah terapung tidak seperti rumah
perahu. Pasalnya, rumah terapung tidak memiliki kekuatan
penggerak sendiri. Mereka hanya berdiri di atas bidang
yang bisa mengapung atau rakit yang merapat, namun
tetap tersambung ke jaringan listrik dan mendapat saluran
air serta layanan pembuangan limbah.
"Dulu hal ini dilakukan jika Anda tidak mampu membeli
lahan sehingga melemparkan gubuk di atas rakit dan
tinggal di sana," jelasnya, seperti dikutip dari AOL, Senin
(18/6/2012).
Di AS, hanya ada beberapa komunitas masyarakat yang
tinggal di rumah terapung. Kebanyakan dari mereka
tinggal di kawasan Pantai Barat AS. Salah satu yang paling
terkenal adalah di kota Seattle, berkat film laris Sleepless in
Seattle. Warga yang hidup di rumah terapung di kota yang
ada di negara bagian Washington ini telah bertahan
selama lebih dari satu abad.
Menurut pemilik rumah terapung dan anggota dari
Asosiasi Rumah Terapung Seattle, Melissa Ahlers, ada
alasan tersendiri pada masa lampau orang memilih tinggal
di rumah terapung. Dulu, pantai ini digunakan untuk
keperluan industri dan kapal pengiriman barang. Airnya
pun kotor karena limbah, baik industri maupun rumah
tangga, kerap dibuang langsung ke dalam air. Namun,
setelah pelabuhan danau dan sungai dibersihkan, tinggal
di atas air pun menjadi gaya hidup yang mewah.
Harga rumah terapung di Seattle ini sedikit lebih mahal
dibandingkan rumah yang ada di darat, meski lahannya
lebih sedikit. Rumah terapung memang memiliki
kelemahan karena tidak memiliki ruang bawah tanah
untuk penyimpanan dan halaman rumah. Rumah
terapung ukuran kecil dapat dijual dengan harga USD200
ribu atau setara Rp1,8 miliar (Rp9,415 per USD). Namun,
menurut Ahlers, harganya dapat bergerak liar. Contohnya
pada tahun lalu, rumah terapung modern dengan empat
lantai dijual USD2,8 juta atau setara dengan Rp26,3 miliar.
Yang cukup menyita perhatian adalah sebuah pondok kecil
dengan satu kamar tidur dan satu kamar mandi dijual di
agen properti seharga USD275 ribu atau sekira Rp2,5
miliar. Selama bertahun-tahun, komunitas asli rumah
terapungterus mengalami penyusutan. Bahkan dalam
beberapa kasus mereka tergusur karena nilai properti di
tepi pantai semakin meningkat.
Pasalnya, pemilik properti di mana rumah-rumah yang
ditambatkan, kadang diusir oleh pemilik kawasan perairan
yang kemudian menjualnya ke pengembang bermodal
besar untuk pembangunan kondominium dan kawasan
komersial. Hingga kini, hanya tersisa sekitar 500 rumah
terapung ada di Seattle. Jumlah ini menurun drastis
dibandingkan pada tahun 1930-an yang jumlahnya
mencapai ribuan rumah.
Salah satu yang masih bertahan adalah Ahlers dan
suaminya. Saat membeli rumah tersebut, pada 12 tahun
lalu, mereka tidak berencana tinggal lama di rumah
tersebut. Awalnya, mereka berencana pergi jika memiliki
anak-anak. Namun setelah memiliki dua anak, kini mereka
justru ingin bertahan lama. Mereka mencintai gaya hidup
tinggal di rumah terapung. "Anda bisa berlindung di
masyarakat. Tetangga Anda menjadi seperti keluarga,"
ujarnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar