Senin, 23 April 2012

SEJARAH TELEVISI

Televisi
Televisi adalah sebuah media telekomunikasi
terkenal yang berfungsi sebagai penerima
siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu
yang monokrom (hitam-putih) maupun
berwarna. Kata "televisi" merupakan gabungan
dari kata tele (τῆλε, "jauh") dari bahasa Yunani
dan visio ("penglihatan") dari bahasa Latin ,
sehingga televisi dapat diartikan sebagai “alat
komunikasi jarak jauh yang menggunakan
media visual/penglihatan.”
Penggunaan kata "Televisi" sendiri juga dapat
merujuk kepada "kotak televisi ", "acara televisi ", ataupun "transmisi televisi ". Penemuan televisi
disejajarkan dengan penemuan roda , karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia.
Di Indonesia 'televisi' secara tidak formal sering disebut dengan TV (dibaca: tivi, teve ataupun tipi.)
Kotak televisi pertama kali dijual secara komersial sejak tahun 1920-an, dan sejak saat itu televisi
telah menjadi barang biasa di rumah, kantor bisnis, maupun institusi, khususnya sebagai sumber
kebutuhan akan hiburan dan berita serta menjadi media periklanan. Sejak 1970-an, kemunculan
kaset video , cakram laser , DVD dan kini cakram Blu-ray , juga menjadikan kotak televisi sebagai alat
untuk untuk melihat materi siaran serta hasil rekaman. Dalam tahun-tahun terakhir, siaran televisi
telah dapat diakses melalui Internet, misalnya melalui iPlayer dan Hulu.
Walaupun terdapat bentuk televisi lain seperti televisi sirkuit tertutup, namun jenis televisi yang
paling sering digunakan adalah televisi penyiaran , yang dibuat berdasarkan sistem penyiaran radio
yang dikembangkan sekitar tahun 1920-an, menggunakan pemancar frekuensi radio berkekuatan
tinggi untuk memancarkan gelombang televisi ke penerima gelombang televisi.
Penyiaran TV biasanya disebarkan melalui gelombang radio VHF dan UHF dalam jalur frekuensi
yang ditetapkan antara 54-890 megahertz [1] . Kini gelombang TV juga sudah memancarkan jenis
suara stereo ataupun bunyi keliling di banyak negara. Hingga tahun 2000, siaran TV dipancarkan
dalam bentuk gelombang analog, tetapi belakangan ini perusahaan siaran publik maupun swasta
kini beralih ke teknologi penyiaran digital.
Sebuah kotak televisi terdiri dari bermacam-macam sirkuit elektronik didalamnya, termasuk di
antaranya sirkuit penerima dan penangkap gelombang penyiaran. Perangkat tampilan visual yang
tidak memiliki perangkat penerima sinyal biasanya disebut sebagai monitor , bukannya televisi.
Sebuah sistem televisi dapat dipakai dalam berbagai penggunaan teknologi seperti analog ( PAL,
NTSC, SECAM), digital ( DVB , ATSC , ISDB dsb.) ataupun definisi tinggi (HDTV). Sistem televisi kini
juga digunakan untuk pengamatan suatu peristiwa, pengontrolan proses industri, dan pengarahan
senjata, terutama untuk tempat-tempat yang biasanya terlalu berbahaya untuk diobservasi secara
langsung.
Televisi amatir (ham TV atau ATV) digunakan untuk kegiatan percobaan dan hiburan publik yang
dijalankan oleh operator radio amatir . Stasiun TV amatir telah digunakan pada kawasan perkotaan
sebelum kemunculan stasiun TV komersial. [2]
Televisi telah memainkan peran penting dalam sosialisasi abad 20 dan 21. Pada tahun 2010,
iPlayer digunakan dalam aspek media sosial dalam bentuk layanan televisi internet , termasuk di
antaranya adalah Facebook dan Twitter. [3]
Sejarah
Sejarah awal
Pada masa awal perkembangannya, televisi menggunakan gabungan teknologi optik , mekanik, dan
elektronik untuk merekam, menampilkan, dan menyiarkan gambar visual. Bagaimanapun, pada
akhir 1920 -an, sistem pertelevisian yang hanya menggunakan teknologi optik dan elektronik saja
telah dikembangkan, dimana semua sistem televisi modern menerapkan teknologi ini. Walaupun
sistem mekanik akhirnya tidak lagi digunakan, pengetahuan yang didapat dari pengembangan
sistem elektromekanis sangatlah penting dalam pengembangan sistem televisi elektronik penuh.
Gambar pertama yang berhasil dikirimkan secara elektrik adalah melalui mesin faksimile mekanik
sederhana, (seperti pantelegraf ) yang dikembangkan pada akhir abad ke-19. Konsep pengiriman
gambar bergerak yang menggunakan daya elektrik pertama kali diuraikan pada 1878 sebagai
"teleponoskop" (konsep gabungan telepon dan gambar bergerak), tidak lama setelah penemuan
telepon . Pada saat itu, para penulis fiksi ilmiah telah membayangkan bahwa suatu hari nanti
cahaya juga akan dapat dikirimkan melalui medium kabel, seperti halnya suara.
Ide untuk menggunakan sistem pemindaian gambar untuk mengirim gambar pertama kali
dipraktikkan pada 1881 menggunakan pantelegraf, yaitu menggunakan mekanisme pemindaian
pendulum. Semenjak itu, berbagai teknik pemindaian gambar telah digunakan di hampir setiap
teknologi pengiriman gambar, termasuk televisi. Inilah konsep yang bernama "perasteran", yaitu
proses merubah gambar visual menjadi arus gelombang elektrik.
1880-an: Cakram Nipkow
Pada tahun 1884, Paul Gottlieb Nipkow, seorang mahasiswa 23 tahun di Jerman, mematenkan
sistem televisi elektromekanik yang menggunakan cakram Nipkow , sebuah cakram berputar
dengan serangkaian lubang yang disusun secara spiral ke pusat cakaram yang digunakan dalam
proses perasteran. Setiap lubang cakram diposisikan dengan selisih sudut yang sama agar dalam
setiap putarannya cakram tersebut dapat meneruskan cahaya melalui setiap lubang hingga
mengenai lapisan selenium peka cahaya yang menghasilkan denyut elektrik. Seiring dengan
peletakan posisi gambar yang difokuskan dipusat cakram, setiap lubang akan memindai setiap
"iris" horizontal dari keseluruhan gambar. Alat buatan Nipkow ini tidak benar-benar dapat
dipraktekkan hingga adanya kemajuan dalam teknologi tabung penguat. Namun, alat tersebut
hanya dapat memancarkan gambar "halftone" — dikarenakan lubang dengan posisi tertentu
dengan ukuran berbeda-beda — melalui kabel telegraf atau telepon.
Rancangan selanjutnya adalah menggunakan pemindai mirror-drum berputar sebagai perekam
gambar dan tabung sinar katode (CRT) sebagai perangkat tampilan. Pada 1907, seorang ilmuwan
Rusia, Boris Rosing , menjadi penemu pertama yang menggunakan CRT dalam perangkat penerima
dari sistem televisi eksperimental. Dia menggunakan pemindai "mirror-drum" untuk mengirim
gambar geometrik sederhana ke CRT. [4] Namun, untuk merekam gambar bergerak masih tidak
dapat dilakukan, karena kepekaan detektor selenium yang rendah.
1920-an: Penemuan John Logie Baird
Penemu asal Skotlandia , John Logie Baird berhasil
menunjukan cara pemancaran gambar-bayangan
bergerak di London pada tahun 1925,[5] diikuti
gambar bergerak monokrom pada tahun 1926.
Cakram pemindai Baird dapat menghasilkan
gambar beresolusi 30 baris (cukup untuk
memperlihatkan wajah manusia) dari lensa
dengan spiral ganda. [6] Demonstrasi oleh Baird
ini telah disetujui secara umum oleh dunia
sebagai demonstrasi televisi pertama, sekalipun
televisi mekanik tidak lagi digunakan. Pada tahun
1927, Baird juga menemukan sistem rekaman
video pertama di dunia, yaitu "Phonovision", yaitu
dengan memodulasi sinyal output kamera TV-nya ke dalam kisaran jangkauan audio, dia dapat
merekam sinyal tersebut pada cakram audio 10 inci (25 cm) dengan menggunakan teknologi
rekaman audio biasa. Hanya sedikit rekaman "Phonovision" Baird yang masih ada dan rekaman-
rekaman yang masih bertahan tersebut kemudian diterjemahkan dan diproses menjadi gambar
yang dapat dilihat pada 1990-an menggunakan teknologi pemrosesan-sinyal digital. [7]
Pada 1926, seorang insinyur Hungaria, Kálmán Tihanyi , merancang sistem televisi dengan
perangkat pemindaian dan tampilan yang sepenuhnya elektronik, dan menggunakan prinsip
"penyimpanan isi" di dalam tabung pemindai (atau "kamera"). [8][9][10][11]
Pada 1927, seorang penemu Rusia, Léon Theremin , mengembangkan sistem televisi dengan
mirror-drum yang menggunakan sistem "video terjalin" untuk menghasilkan resolusi gambar 100
baris.
Pada tahun yang sama, Herbert E. Ives dari Bell Labs berhasil mengirimkan gambar bergerak dari
sebuah cakram 50- tingkap yang menghasilkan 16 gambar per menit melalui medium kabel dari
Washington, D.C. ke New York City, dan juga melalui gelombang radio dari Whippany, New Jersey.
[12] Ives menggunakan layar penayang sebesar 24 x 30 inci (60 x 75 cm). Subjek rekamannya
termasuk salah satunya Sekretaris Perdagangan Amerika saat itu, Herbert Hoover.
Pada tahun yang sama pula, Philo Farnsworth berhasil membuat sistem televisi pertama di dunia
dengan pemindai elektronik pada kedua perangkat tampilan dan pickup,[13] dimana temuannya ini
pertama kali ia demonstrasikan di depan media pers pada 1 September 1928. [13][14]
1930-an: Penyebaran dan penerimaan masyarakat
Pada tahun 1936, untuk pertama kalinya olimpiade Berlin
disiarkan ke stasiun televisi di Berlin dan Leipzig di mana
masyarakat umum dapat menyaksikan setiap perlombaan
langsung. [15]
Pada masa awal televisi, kotak televisi elektromekanik mulai
secara komersial dijual dari tahun 1928 hingga 1934 di Inggris,
[16] Amerika Serikat, dan Rusia. [17] Televisi komersial pertama
dijual oleh Baird di Britania Raya pada tahun 1928 dalam bentuk
penerima radio ditambah dengan komponen-komponen seperti
tabung neon di belakang cakram Nipkow yang menghasilkan
gambar kemerahan berukuran sebesar perangko pos yang
dapat diperbesarkan lagi menggunakan lensa pembesar.
"Televisor" ciptaan Baird ini juga dapat digunakan tanpa radio.
Televisor yang dijual pada tahun 1930–1933 merupakan
pemasaran televisi masal yang pertama. Kira-kira 1,000 unit
Televisor berhasil dijual. [18]
Kotak televisi elektronik komersial pertama dengan tabung sinar katode diproduksi oleh
Telefunken di Jerman pada 1934,[19][20] diikuti oleh produsen elektronik yang lain di Perancis
(1936), [21] Britania Raya (1936), [22] dan Amerika Serikat (1938). [23][24]
Pada tahun 1936, Kálmán Tihanyi menerangkan prinsip televisi plasma , yaitu sistem panel datar
yang pertama. [25][26]
Pada tahun 1938 di Amerika, televisi berukuran 3 inci (7.6 cm) dijual seharga 125 USD (setara
dengan 1.863 USD pada tahun 2007.) Model termurah televisi berukuran 12 inci (30 cm) adalah
seharga $445 (setara dengan $6.633 per 2007). [27]
Kira-kira sebanyak 19.000 unit televisi elektronik telah
diproduksi di Britania, 1.600 unit di Jerman, dan
8.000 unit di Amerika, [28] sebelum akhirnya War
Production Board terpaksa menghentikan produksi
TV pada April 1942 karena pecahnya Perang Dunia II.
Penggunaan TV di Amerika Serikat meningkat kembali
pasca Perang Dunia II setelah produksi TV diizinkan
kembali pada Agustus 1945 . Pasca perang, jumlah
pemilik TV di Amerika meningkat sekitar 0,5% pada
tahun 1946, lalu naik 55,7% pada tahun 1954, dan
naik sampai 90% pada tahun 1962. [29] Di Britania,
jumlah pemilik TV meningkat dari 15.000 pada tahun
1947, lalu 1,4 juta pada tahun 1952, hingga 15,1 juta
pada tahun 1968.
Komponen kotak televisi
Secara umum cara kerja kotak TV berawal dari antena yang menerima input frekuensi radio (RF)
berupa frekuensi VHF dan UHF yang kerjanya diatur oleh tuner dan pencari gelombang,
selanjutnya sinyal diolah dan dipisahkan antara gambar dan suara, sementara gambar diolah oleh
tabung katode dan diteruskan ke layar, sinyal suara diproses untuk dipecah menjadi stereo, untuk
kemudian diumpan ke penguat akhir dan speaker.
Perangkat output gambar televisi saat ini menggunakan berbagai teknologi penampil seperti CRT,
LCD , Plasma , DLP , maupun OLED. Sedangkan untuk terminal input tambahan bagi piranti keras
lain, unit televisi juga dilengkapi dangan terminal input untuk DVD player , konsol permainan video
dan alat pendengar personal. Terminal input lain yang juga kerap dijumpai termasuk RCA , mini-
DIN , HDMI , SCART , dan D-terminal . Ada juga yang dilengkapi input untuk perekaman suara dan
gambar dari acara TV. Sebagian unit TV mewah dilengkapi dengan port Ethernet untuk menerima
data dari Internet, seperti nilai saham, cuaca, ataupun berita. Seluruh unit TV yang diproduksi
sejak awal 1980 -an juga dilengkapi dengan remote control inframerah untuk mengontrol saluran
siaran, suara, kecerahan, kontras, warna, dll.
Penyiaran dan konten
pada televisi
Acara
Terdapat berbagai cara
untuk menyiarkan konten TV
yang dapat disiarkan untuk
umum. Setelah diproduksi,
langkah selanjutnya adalah
memasarkan dan
menjualnya kepada pasar
manapun yang ingin membelinya. Hal ini secara tipikal terbagi dalam dua tingkatan:
1. Tayangan Pertama atau Tayangan Perdana — sebuah badan produksi menghasilkan acara
yang terdiri dari satu atau beberapa episode yang kemudian ditayangkan dalam sebuah stasiun
atau jaringan televisi yang telah membayar untuk produksi itu sendiri ataupun telah menerima
lisensi acara tersebut dari produser aslinya.
2. Sindikasi penyiaran — istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan penggunaan acara
selanjutnya (setelah tayangan pertama). Hal ini tidak saja mengatur tayangan lanjutan di negara
yang sama (dengan tayang perdananya), tetapi juga penggunaan internasional yang mungkin
sudah tidak lagi diurus dan berhubungan oleh produser aslinya. Pada umumnya, organisasi lain
(stasiun televisi ataupun individu) akan terikat dalam melakukan sindikasi, dalam kata lain, mereka
hanya dapat menjual suatu acara ke suatu pasar secara legal dengan adanya kontrak dengan
pemegang hak cipta, pada umumnya adalah produser.
Pembiayaan
Cara pembiayaan penyiaran televisi di seluruh
dunia secara spesifik berbeda-beda. Namun
pada dasarnya, konsep pembiayan yang
digunakan adalah sama, yaitu dari pengiklanan,
pelisensian (cukai), langganan, dan sebagainya.
Secara global, sumber pendapatan stasiun TV
berkisar antara 45—50% dari pengiklanan, 40—
45% dari biaya langganan, dan 10% dari
pembiayaan swasta. [30][31]
Bagi saluran TV berlangganan, demi melindungi
pendapatan, biasanya mereka melakukan
enkripsi sinyal untuk memastikan bahwa hanya
orang-orang yang berlangganan saja yang
dapat melakukan dekripsi dan melihat siaran
mereka. Sedangkan untuk saluran TV tanpa
enkripsi disebut sebagai siaran gratis ( en: free
to air / FTA).
Pengiklanan
Penyiaran yang luas membuat televisi menjadi media yang amat menarik bagi para pengiklan .
Kebanyakan jaringan dan stasiun televisi menjual beberapa bagian waktu penyiaran kepada
pengiklan atau sponsor untuk membiayai jaringan siaran mereka. [32] Harga pengiklanan setiap
jaringan berbeda-beda untuk setiap blok waktunya, tergantung dari rating (larisnya acara) yang
dimiliki oleh suatu acara yang dihitung melalui survei setiap hari.
Cukai dan lisensi
Di beberapa negara, layanan televisi dibiayai dengan menggunakan sebuah lisensi televisi atau
sejenis cukai yang membuat peran iklan dalam pembiayaan menjadi kecil atau bahkan tidak ada.
Sebagai contoh, beberapa saluran TV yang sedikit menggunakan iklan atau bahkan tidak sama
sekali adalah ABC ( Australia), NHK ( Jepang ), BBC (Inggris), dsb.
BBC Inggris tidak menyiarkan iklan pada salurannya di Britania Raya, namun mereka dibiayai dari
lisensi tahunan yang dibayar oleh semua pemirsa. Iuran lisensi ini ditetapkan oleh pemerintah,
tetapi BBC tidak bertanggungjawab kepada pemerintah atau dikontrol oleh pemerintah.
Dua saluran utama jaringan BBC ditonton oleh lebih kurang 90% warga Inggris setiap minggu dan
menguasai 27% jumlah tontonan keseluruhan, [33] meskipun 85% rumah tangga menerima
berbagai saluran, dengan 42% di antaranya menerima sekitar 200 saluran gratis via satelit dan 43%
lagi menerima lebih dari 30 saluran melalui layanan Freeview. [34] Lisensi yang membiayai tujuh
saluran TV BBC yang bebas iklan kini seharga £139.50 per tahun (setara USD 215). Ketika suatu
acara olahraga yang sama disiarkan di BBC dan saluran swasta, BBC selalu berhasil mencatat
jumlah penonton terbanyak, menandakan bahwa para penonton lebih suka menonton TV tanpa
gangguan dari iklan.
ABC Australia tidak menyiarkan iklan sama sekali (kecuali sebagai materi promo internal) karena
telah dilarang dalam Akta ABC 1983 . ABC menerima dana pembiayaan dari Pemerintah Australia
setiap tiga tahun sekali. Pada Anggaran Belanja Australia 2008/09, ABC menerima $ 822,67 juta. [35]
Dana tersebut digunakan untuk seluruh operasional Jaringan Televisi ABC, termasuk radio, online,
dan Produksi Internasional. Jaringan ABC juga memperoleh keuntungan dari toko-toko ABC Shop
di seluruh negara Australia. Meski dibiayai oleh Pemerintah Australia, kemerdekaan editorial ABC
dijamin di bawah hukum.
Di Perancis dan Irlandia , saluran-saluran yang dibiayai pemerintah tetap dapat menyiarkan iklan,
namun semua yang memiliki TV harus membayar pajak cukai tahunan (la redevance audiovisuelle).
[36]
In Japan, Jaringan NHK dibiayai oleh cukai lisensi (dikenal di Jepang sebagai pajak resepsi (受信料
Jushinryō ? )). Terdapat undan-undang yang menetapkan bahwa setiap televisi yang menerima
siaran NHK diharuskan membayar pajak. Besarnya pajak telah ditetapkan, dengan diskon untuk
pekerja kantor dan siswa sekolah, termasuk diskon umum untuk penduduk di Daerah Administrasi
Okinawa.
TV berlangganan
Sebagian saluran TV dibiayai oleh pelanggan, oleh karena itu sinyal siaran akan dipancarkan
dengan enkripsi untuk memastikan bahwa hanya pelanggan yang membayar yang dapat
menikmati siaran Stasiun TV tersebut. Namun, kebanyakan layanan TV berlangganan juga didanai
oleh iklan.
Genre
Genre televisi mencangkup bermacam jenis acara yang bertujuan untuk menghibur, memberi
pengetahuan, serta mendidik para penonton. Genre hiburan dengan biaya produksi paling mahal
biasanya adalah drama dan mini seri.
Diantara genre-genre hiburan yang paling diminati adalah acara denan genre action seperti yang
melibatkan polisi, kriminal, detektif, horor, maupun thriller. Terdapat pula ragam genre drama
non-aksi seperti opera sabun. Tontonan fiksi ilmiah dapat tergolong dalam kategori aksi maupun
drama, tergantung apakan lebih menonjolkan sisi filosofikal atau sisi petualangan. Komedi juga
merupakan jenis tontonan populer, termasuk Sitkom (sitkom) dan animasi acara dewasa seperti
Family Guy .
Acara hiburan yang lebih murah antara lain termasuk acara kuis, wawancara, atraksi, dan realitas.
Acara kuis menampilkan para peserta memperebutkan hadiah dengan menjawab beberapa soal
maupun menyelesaikan teka-teki. Acara wawancara menampilkan wawancara maupun bincang-
bincang bersama tokoh-tokoh terkenal seperti artis hiburan, politikus, pengusaha, dll. Acara atraksi
menampilkan berbagai hiburan seperti pemain musik, pelawak, tukang sulap, dll. Ada juga acara
campuran genre wawancara dan atraksi, terutama acara wawancara tersohor dimana adanya
tambahan hiburan di antara segmen-segmen wawancara. Acara realitas memperlihatkan orang-
orang biasa (bukan aktor ) yang menghadapi tantangan atau pengalaman yang luar biasa, bersaing
mendapatkan gelar juara (Akademi Fantasia), dikerjain ( Just For Laughs Gags ), atau merasakan
kehidupan orang-orang yang hidup di bawah garis kemiskinan (Jika Aku Menjadi... ). Ada juga jenis
acara realitas yang mempertontonkan kehidupan sehari-hari seorang artis ( Gugu Gaga Erra ) atau
artis yang melakukan pekerjaan seperti pada umumnya orang biasa (The Simple Life).
Dampak sosial
Dampak bagi anak-anak
Sejak akhir 1990-an, semakin banyak orang tua yang mengizinkan bayinya menonton televisi seiring
dengan semakin banyaknya produk DVD yang diiklankan dapat membantu perkembangan bahasa
dan kognitif bayi. Namun demikian, tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa menonton
televisi sejak usia dini dapat meningkatkan perkembangan berbahasa anak. Sebaliknya, bukti
ilmiah menunjukkan bahwa bayi yang menonton DVD semacam itu memiliki kemampuan
berbahasa yang lebih rendah. Selain itu, bila kemampuan anak mengenal huruf dan angka diukur
pada usia sekolah, anak yang menonton televisi sebelum berusia 3 tahun memiliki skor yang lebih
rendah daripada anak yang tidak menonton televisi sebelum berusia 3 tahun. Demikian pula,
semakin banyak anak menonton televisi sebelum usia 3 tahun, semakin tinggi kemungkinannya
mengalami masalah perhatian pada usia 7 tahun. [37]
Sebaliknya, menonton acara televisi yang berkualitas dapat meningkatkan kemampuan kognitif
anak usia prasekolah. Acara televisi yang paling banyak diteliti ialah Sesame Street yang
menunjukkan efek positif untuk pembelajaran bahasa bila ditonton anak usia 3–5 tahun. Sebagai
perbandingan, penelitian menunjukkan bahwa acara televisi tanpa maksud pendidikan—seperti
film kartun pada umumnya—tidaklah berhubungan dengan peningkatan kemampuan berbahasa.
Setelah remaja, anak-anak yang pada usia prasekolah biasa menonton Sesame Street ternyata
meraih nilai pelajaran yang lebih tinggi, lebih banyak membaca buku, dan lebih bermotivasi untuk
meraih prestasi dibandingkan dengan remaja yang pada saat berusia prasekolah tidak menonton
acara tersebut. [38]
Melalui televisi, anak-anak dan remaja juga dapat belajar mengenai perilaku antikekerasan, empati,
toleransi kepada orang dari ras atau etnis lain, dan rasa hormat kepada orang yang lebih tua. [39]
Informasi mendidik juga dapat diselipkan dalam program yang populer bagi remaja, misalnya
pendidikan mengenai kontrasepsi yang berhasil dilakukan melalui salah satu episode serial televisi
Amerika Serikat, Friends.[40]
Namun demikian, menonton televisi juga berpotensi memberikan dampak negatif bagi anak-anak
dan remaja, seperti perilaku agresif, penyalahgunaan zat, aktivitas seksual yang berisiko, obesitas ,
gangguan pola makan, dan menurunnya prestasi di sekolah. Bila di dalam kamar anak terdapat
televisi, risiko anak mengalami kelebihan berat badan dan kemungkinan anak merokok meningkat,
anak menjadi kurang membaca dan melakukan hobi lainnya, serta waktu tidur anak berkurang. [39]
Pada tahun 2001, Akademi Dokter Anak Amerika merekomendasikan sejumlah hal untuk
mengatasi potensi dampak negatif televisi bagi anak-anak dan remaja, termasuk mengeluarkan
televisi dari kamar anak, menghindarkan tontonan televisi dari anak berusia di bawah 2 tahun,
serta mendorong orang tua untuk menemani anak menonton televisi dan memantau program
televisi yang ditonton anak-anak agar informatif, mendidik, dan tidak berisi kekerasan.[41]
Dampak kesehatan
Karena berkaitan dengan perilaku menetap (sedentary behavior) seperti duduk dan berbaring
dalam waktu lama tanpa mengeluarkan energi, terlalu banyak menonton televisi ditengarai
berdampak negatif bagi kesehatan. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa menonton televisi
dalam waktu lama berasosiasi dengan indeks massa tubuh yang lebih tinggi, tingkat kebugaran
yang lebih rendah, dan tingkat kolesterol darah yang lebih tinggi.[42] Semakin banyak seseorang
menonton televisi pada saat masih anak-anak, semakin tinggi kemungkinannya untuk mengalami
obesitas pada saat dewasa. [43] Menonton televisi dan perilaku menetap lainnya juga berasosiasi
dengan semakin tingginya risiko kanker kolorektal , endometrial , ovarium, dan prostat[44] serta
risiko penyakit kardiovaskular. [45]




Tidak ada komentar:

Posting Komentar